Workshop : Mendukung Peningkatan Gizi Keluarga Petani Teh

Gizi menjadi salah satu isu penting terkait dengan peningkatan kesejahteraan keluarga, karena gizi menentukan tingkat kesehatan seseorang dan keluarga di masa datang, artinya tingkat kesehatan menentukan kesejahteraan keluarga. Fakta yang muncul, masih banyak keluarga yang kurang memperhatikan asupan gizi keluarga, pola makan yang kurang bervariatif serta gaya hicup yang kurang sehat menyebabkan dampak yang kurang baik. Dalam kehidupan masyarakat perkebunan teh baik di Jawa Tengah maupun di Jawa Barat, pola konsumsi makanan hanya sebatas perut kenyang belum sepenuhnya memperhatikan kadar gizi dan cara memasak makanan yang sehat. Sehingga ketika dilakukan survey makanan di sejumlah keluarga petani teh, terlihat jenis makanan yang dikonsumsi kurang beragam, diantaranya banyak mengkonsumsi nasi, sayur dan ikan asin. Tiga jenis makanan ini mendominasi menu keluarga petani teh.

Melalui proses survei dan observasi di lapangan tentang kasus kurang gizi yang menimpa masyarakat, terutama bagi keluarga petani teh. Business Watch Indonesia didukung oleh  Kedutaan Belanda berinisiatif melaksanakan program preventif untuk menekan angka malnutrisi terutama di wilayah perkebunan teh di Jawa Tengah dan Jawa Barat. Program ini dititikberatkan untuk memberikan pemahaman dan peningkatan pentingnya gizi bagi keluarga petani teh.

Pada tanggal 20 – 22 September 2015 di Arion Swissbell Hotel, Bandung. BWI dan Forum Petani Peduli Gizi (FPPG) melaksanakan Workshopuntuk mendukung peningkatan gizi petani teh di Indonesia. Dalam kegiatan ini melibatkan Dinas Kesehatan tingkat Kabupaten di Jawa Barat dan Jawa Tengah, selain itu juga dihadiri Mrs. Barbel Weiligmann (Special Advisor for Global Value Chains).

Perwakilan petani Provinsi Jawa Barat yang hadir dalam workshop ini antara lain FPPG Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Subang, Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Ciamis, dan Kabupaten Majalengka. Sedangkan Provinsi Jawa Tengah ;Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Batang, dan Kabupaten Banjarnegara.

Workshop mengulas tentang progress program gizi BWI di masing masing wilayah, berikut tentang kendala yang muncul di masyarakat ketika program gizi digulirkan. Namun sejauh ini program gizi dapat berlanjut karena dukungan dari para pihak. Inti diskusi dalam workshop ini adalah mengulas bagaimana masyarakat merespon pesan dari program gizi bahwa gizi menjadi kebutuhan penting, bahwa makanan tidak hanya cukup kenyang namun perlu variasi terlebih untuk ibu hamil, menyusui dan anak balita.

Program gizi menekankan adanya perubahan perilaku dan perubahan mindsetdari masyarakat, karena makanan bergizi bisa didapatkan dari lingkungan rumah. Masyarakat di dorong untuk mampu mengembangkan aneka jenis sayur, mengembangkan ternak dan ikan untuk dikonsumsi sebagai sumber protein yang didapatkan dari pekarangan rumah. Proses untuk memberikan perubahan perilaku dan mindset dilakukan dengan adanya intervensi Program nutrisi dari BWI.

Intervensi tersebut diantaranya pelatihan praktik nutrisi yang baik, pelatihan pengolahan makanan yang baik, pelatihan sumber gizi berbasis pemanfaatan pekarangan rumah tangga, pelatihan agen nutrisi, dan pelatihan waserda dan koperasi.Kemudian adanya pendirian demplot Greenhouse sayur untuk kelompok, demplot kebun produksi sayur kelompok, demplot ternak dan kolam ikan kelompok, Balai gizi sebagai sarana informasi gizi bagi masyarakat serta Waserda nutrisi yang didirikan di wilayah perkebunan teh untuk mendekatkan akses pangan bergizi bagi masyarakat.

Mrs. Barbel memberikan sedikit pencerahan terkait dengan pelaksanaan program nutrisi. Perlu menggunakan metodeempat pilar perubahan perilaku yaitu awareness, commitment, reinforcement, dan reward. Awareness menjadi tahap awal yang dilakukan dengan membangun kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi untuk kehidupan mereka. Food Group Poster (FPG) menjadi media untuk menjelaskan kelompok makanan bergizi.

Kemudian setelah tahap pertama mengenai awareness dilanjutkan dengan membangun komitmen untuk memenuhi kebutuhan gizi keluarga. Komitmen ini masih perlu di-monitoring dengan membuat jadwal menu makanan keluarga, daftar belanja setiap hari, dan jadwal penanaman bibit sayur di pekarangan rumah. Proses ini merupakan tahap penguatan untuk mencapai perubahan perilaku dalam pemahaman dan pemenuhan gizi keluarga. Bila proses ini sudah berjalan, mereka akan diberikan rewarddalam berbagai bentuk. Untuk menutup sesi ini, Mrs. Barbel mengatakan bahwa apa yang dikerjakan oleh FPPG, agen nutrisi, dan Dinas Kesehatan adalah yang pertama di dunia dan akan menjadi contoh untuk beberapa negara.

Hasil dari Workshop yang berlangsung kurang lebih 2 hari ini bertujuan untuk lebih mensinergikan antara BWI, FPPG, Agen nutrisi dan Dinas Kesehatan di tingkat daerah untuk dapat berkoordinasi dan bekerjasama untuk meningkatkan gizi masyarakat.

author

Leave a reply "Workshop : Mendukung Peningkatan Gizi Keluarga Petani Teh"